
Aktivitas perahu bermesin tempel hilir mudik berjejalan disamping kapal berpenumpang total 1904 orang ini, tak kala kapal buatan Jerman buang sauh di 1 km dari pelabuhan Kaimana.
Tidar, nama kapal Pelni ini. Menempuh perjalanan dari Ibukota Jakarta menuju Kaimana, dengan menyinggahi beberapa kota kecil di Indonesia Timur. Di Kaimana, si Kapal buatan Jerman tahun 1987 ini tidak bisa bersandar, maklum saja kabupaten yang masih bersolek setelah berpisah dari Kab.FakFak di tahun 2002 belum memiliki pelabuhan untuk disandarin kapal-kapal besar.
Namun begitu, kesempatan ini dimanfaatkan masyarakat untuk mengais rezeki dengan menawarkan jasa perahu tempel. Sebenarnya, Pemda Kaimana sudah menyediakan sebuah kapal penjemput. Hanya saja, kondisi penuh sesak dijadikan alasan beberapa penumpang lebih memilih perahu tempel sebagai transportasi penyambung.
Kapal Penjemput milik Pemda, siap menaikkan dan menurunkan penumpang dari Pelabuhan Kaimana ke Perut Tidar
Pemilik Perahu tempel berebutan penumpang
Perahu tempel, perahu bermuatan barang-barang berdesak-desakkan menjajal lambung Tidar
Sebagai Kabupaten yang baru mekar, tentu saja pembangunan terlihat wara-wiri di segala sektor, Tidak ketinggalan berbenah diri untuk Pelabuhan. Kenyataannya, jika pelabuhan rampung dan dapat disandarin kapal-kapal besar, maka masyarakat yang berprofesi sebagai penjemput di perahu motor tempel akan kehilangan mata pencaharian. Tentu saja ini cukup menjadi perhatian. Di satu sisi, pembangunan hal mutlak dilakukan di daerah yang sedang mekar dan berkembang, di sisi lain himpitan kehidupan menjepit masyarakat di daerah itu sendiri
Bahan pokok menunggu diturunkan dari lambung Tidar
Petugas angkut Pelabuhan dengan sigap memindahkan isi perut Tidar ke Kapal penjemput milik Pemda
Kapal penjemput milik Pemda menurunkan penumpang ke Pelabuhan Kaimana
Dengan sarat muatan, kapal penjemput milik Pemda berlayat menuju Kapal buatan Jerman ini “Tidar”